Adalah kamu, aku begitu mudah mengingatnya. Jumat, aku dengan baju merah, kamu dengan kemeja hijau tua, cuaca gerimis yang menjadi saksi satu senyuman dan betapa kamu mudah membuat orang jatuh cinta. Iya, aku belajar menulis dan mengungkapkan perasaanku apa adanya.
Seperti awal percakapan kita waktu tadi, kamu begitu mudahnya mengubah lelah menjadi sebuah semangat yang entah mengapa sampai sekarang bahkan aku lupa, kapan tetakhir kali merasa senang seperti ini.
Iya, lagi-lagi kamu menang. Garis bibir dan lembut ucapanmu merelakanku tuk segera mengalah. Aku menikmatinya.
Jatuh cinta pada pandangan pertama adalah hal yang tak akan pernah diterima logika. Sayangnya, kamu adalah salah satu alasan mengapa rasa itu datang secara tiba-tiba. Jangan melontarkan pertanyaan itu kepadaku. Kamu adalah jawaban dari pertanyaan yang ingin kau lontarkan.
Kamu? Aku akan begitu saja melontarkan kata-kata yang kutulis sedemikian rupa, agar kau tau, ya kamu benar-benar seindah itu.
Namun, entah mengapa, ada beberapa hal mengganjal yang membuatku memikirkan doa yang begitu aneh, doa tentang bisa oprasi plastik agar wajahku bisa menjadi seperti seorang yang kau idolakan. Entahlah, jatuh cinta memang membuat kita buta arah.
Sementara aku sedang berdebat dengan isi fikiranku yang tak menentu, aku berharap kamu ingin membaca, ataupun jika semesta berkenan, singgahlah sejenak.
Entah kapanpun itu, besok, lusa, sewindu, atau beberapa tahun lagi, aku tetap menunggu.
Entah mengapa aku menuliskan ini, aku tau, aku hanya ingin jatuh cinta selayaknya orang yang sedang jatuh cinta.
Ohh iya, jika sekiranya memang kamu tak bisa sejenak bersinggah, kamu hanya cukup tau, ada tempat tersendiri di dalam hatiku, yang entah segelap apapun itu, aku akan selalu menghiasinya dengan doa akan kebahagiaanmu.
Teruntuk kamu, aku sayang kamu. Sekarang. Mudah-mudahan sampai nanti. Mudah-mudahan sampai mati.
